Kecelakaan itu jarang sekali dipicu hanya oleh penyebab tunggal.
Kecelakaan biasanya merupakan gabungan dari kejadian-kejadian yang
jarang terjadi, yang awalnya oleh kita dianggap tidak saling
berhubungan dan tidak mungkin terjadi bersamaan. Penyelidikan
kecelakaan di industri ditemukan bahwa sebagian besar kecelakaan
tersebut terjadi karena operator tidak mengikuti standard prosedur yang
aman dalam mempertahankan operasi pada saat emergensi atau saat
operator berusaha menjalankan kembali plant sesaat setelah plant
tersebut berhenti karena emergensi. Pada situasi lainnya, kecelakaan
terjadi karena kebijakan pihak manajemen untuk tidak melakukan
pemeliharaan dan pengetesan rutin terhadap SIS yang digunakan.
Kecelakaan juga terjadi karena operator mengabaikan sistem peringatan
dini (alarm) yang muncul/terjadi.
Untuk mengatasi hal ini semua, maka tingkatan proteksi terhadap
operasi plant dibuat berlapis, sehingga apabila terjadi kealpahan (baik
sengaja maupun tidak sengaja) pada satu tingkat, maka masih ada tingkat
lainnya yang siap mengambil alih untuk memproteksi. Gambar berikut
memperlihatkan salah satu bentuk tingkatan proteksi tersebut.
Process Plant Design. Tingkat proteksi plant yang
pertama adalah pada fase perancangan. Pada saat perancangan awal
sebelum plant dibangun, aspek safety juga turut menjadi pertimbangan,
yaitu dengan melakukan HAZOP atau teknik sejenisnya seperti fault tree,
checklist dan what-if. Membangunlah plant yang aman, walaupun mungkin
biayanya lebih mahal. Jangan membangun plant yang tidak aman karena
selain biaya operasi/pemeliharaannya akan mahal, juga akan membahayakan
baik terhadap asset maupun pekerjanya.
Process Control System. Tingkat proteksi berikutnya adalah saat plant sudah beroperasi, yaitu process control system,
yang digunakan untuk mengontrol operasi plant, dengan jalan menjaga
kondisi operasi (pressure, temperature, flow, level dan lainnya) dalam
batas-batas yang aman. Jika plant dapat dioperasikan dengan baik, maka
dengan sendirinya kondisi plant juga akan selalu aman.
Alarm System. Apabila sehubungan dengan satu dan lain hal process control system tidak berfungsi dengan baik, maka alarm system
dapat berfungsi sebagai tingkat proteksi berikutnya, yaitu dengan jalan
memberikan peringatan kepada operator sehingga operator dapat melakukan
aksi untuk memperbaikinya. Alarm system ini bisa dijalankan di
perangkat process control system (misalnya DCS) atau perangkat SIS
(misalnya PLC) atau menggunakan perangkat khusus untuk annunciator alarm
yang terhubung langsung (direct wiring) ke sensor.
Safety Instrumented System (SIS). Apabila process
control system dan operator gagal melakukan tugasnya dalam mengamankan
operasi plant, maka SIS secara otomatis akan melakukan aksinya untuk
melindungi plant.
Fire & Gas System (F&G). Keempat tingkat
proteksi yang baru saja dibahas berfungsi untuk mencegah terjadinya
bahaya/kecelakaan (prevention layer), sedangkan fire & gas system
berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi akibat dari bahaya/kecelakaan
yang sudah terjadi (mitigation layer). Apabila prevention layer gagal
berfungsi sehingga terjadi bahaya/kecelakaan, maka fire & gas system
akan melakukan tugasnya untuk menghilangkan/mengurangi akibat dari
bahaya/kecelakaan, dengan jalan melakukan aksi secara langsung atau
memberikan peringatan kepada orang/kru yang akan melakukan aksi.
Perbedaan utama antara SIS dan F&G adalah SIS biasanya normally
energized, sedangkan F&G biasanya normally deenergized. Alasannya
adalah karena SIS dirancang untuk membawah plant ke kondisi aman, yang
biasanya berhenti beroperasi.
Selain F&G system, mitigation layer juga termasuk containtment system, yaitu sistem yang berfungsi mencegah bahaya/kecelakaan menyebar/meluas dan evacuation procedure, yaitu prosedur untuk evakuasi personal dari area kejadian ke area yang aman.
0 komentar:
Posting Komentar