Sebuah line dengan upstream sebuah pompa diesel mengasilkan pressure
sebesar 5 bar dan downstream menuju generator. Sebuah pressure control
valve dipasang pada line tersebut dengan tujuan untuk mengontrol
pressure yang lewat line tersebut menuju generator pada set-point
pressure 1.9 bar. Dalam kondisi normal control valve tersebut dapat
menjalankan fungsinya dengan baik menjaga downstreamnya pada nilai 1.9
bar.
Control Valve yang dipasang adalah Fail Close sehingga control
actionnya adalah reverse action. Increasing of process variable will
make decreasing of manipulated variable.
Ketika konsumsi diesel mendadak meningkat maka otomatis pressure
segera drop sekitar 1 barg, maka sebagai aksi kontrol dengan serta merta
control valve akan fully open untuk menaikkan pressure. Control valve
akan throtling opening untuk membawa kembali downstream pressyre
pada 1.9 barg. Ketika pressure naik di atas 1.9 bar, control valve akan
decrease treaveling-nya.
Namun kejadian yang tidak diharapkan terjadi ketika Generator yang
semula berjalan dengan menyerap diesel secara normal kemudian mati
dengan tiba-tiba. Terdapat tekanan balik yang cukup tinggi sebesar 4
bar. Sehingga action control valve adalah fully closed. Tapi apa yang
terjadi karena generator sudah shutdown (no diesel consumption) maka
pressure stuck di 4 Barg, padahal set-pointnya adalah 1.9 Barg. Membuka
control valve justru akan meningkatkan pressure karena upstream valve
masih bertekanan tinggi 5 bar. Padahal ketika akan menjalankan generator
kembali yang diperlukan pressure pada harga sekitar 1.9 barg. Maka
instrument engineer dihadapkan pada sedikit trouble pada loop ini. Harus
ada tambahan instrument pada line ini untuk mengantisipasi kondisi ini.
Kondisi seperti ini adalah kondisi stuck, nothing to do, kecuali
menambahkan drain untuk mem-bleed pressure. Penambahan manual valve
untuk mem-bleed pressure tentunya hanyalah cara darurat.
Seharusnya engineering team bisa memberikan solusi yang lebih komprehensif. Is it correct?
0 komentar:
Posting Komentar